Penampakan Bunda Maria Di Lourdes, Perancis (Tahun 1858)

" OUR LADY OF LOURDES "

Penampakan Bunda Maria kepada St.Bernadette di Lourdes

Penampakan kepada : St Bernadette

Penampakan pertama : 11 Febuari 1858
Penampakan terakhir : 16 Juli 1858
Jumlah penampakan : 18 kali
Tempat penampakan : Lourdes, Perancis

Diselidiki oleh gereja : Tahun 1858
Diakui Vatikan : 18 Januari 1862
Oleh : Uskup Bertrand Severe Laurence


Bernadette dilahirkan di kincir de Boly, pada tanggal 7 Januari 1844 sebagai anak pertama dari François Soubirous (lahir pada tanggal 7 Juli 1807, meninggal pada tanggal 4 Maret 1871) dan Louise Casterot (lahir tanggal 28 September 1825, meninggal tanggal 8 December 1866, tepatnya 5 bulan dan 4 hari sesudah keberangkatan Berna­dette ke Nevers pada tanggal 4 Juli 1866.

Nama lengkap yang sebenarnya adalah Marie Bernarde Soubirous. Waktu mencatatkan didaftar paroki, Pastor membuat kesalahan dengan mencatat nama Bernadette dengan terbalik yaitu Bernarde Marie.

Keluarga Soubirous ini sebenarnya mempunyai 9 orang anak, tetapi 4 diantara mereka meninggal akibat sakit dan kemiskinan. Hanya lima anak yang akhirnya masih hidup: Bernadette, Toinette, Jean-Marie (Johannes Maria), Justin (Justinus), Pierre (Petrus).

Pekerjaan ayah Bernadette semasa bujangan adalah sebagai tukang giling kincir di Latoure, sedangkan keluarga Casterot sendiri tinggal di kinciran Boly, dimana ayah Louise yang sebetulnya menguasai perusahaan tsb, dan meninggal dengan tiba-tiba pada tahun 1841. Dengan adanya pernikahan antara François dengan Louise, berarti bahwa penggilingan gandum itu mempunyai pengganti pimpinan perusa­haan laki-laki, sesuatu hal yang umum sekali di waktu itu, sehingga dengan demikian penggil­ingan itu akirnya dapat berjalan lagi.

Jika ada orang-orang yang membutuhkan gandum untuk membuat roti demi memenuhi kehidupan harian mereka, tetapi tidak mampu membayarnya, seringkali gandum itu diberikan dengan cuma-cuma atau dengan harga pokok. Meskipun keluarga ini sendiri bukan orang yang mampu tetapi masih berjiwa sosial dan pada hakekatnya masih bersedia memberikan “semua” yang dimilikinya, seperti kisah janda yang miskin di dalam Injil Lukas 21: 01-04.

Oleh karena terlalu sosialnya, usahanya itu akirnya bangkrut. Ayah Bernadette kemudian bekerja sebagai kuli penggilingan harian untuk dapat memberi makan pada keluarganya. Untuk sedikit menggambarkan betapa beratnya kehidupan di Lourdes yang terletak di pegunungan Pyrennée ini, ingin saya berikan memberikan uraian kehidupan diwaktu itu. Jika seorang mempunyai kuda, dia mempunyai pendapatan yang lebih tinggi daripada jika dia bekerja, karena dia dapat menyewakan kuda itu dan seharinya menerima uang sekitar FF 1,55, sedangkan seorang kuli hanya menerima upahan FF 1,20. Mengapa? Karena kuda lebih kuat dan daya produksi lebih besar dari seorang kuli yang di pegunungan biasanya sangat kurus-kurus karena begitu miskinnya, di samping itu orang lebih mudah sakit. Karena tidak dapat membayar sewa rumah yang waktu itu kira-kira FF (French Franc) 250 setahunnya itu sehingga keluarga Soubirous harus meninggalkan penggilingan itu pada tahun 1854.

Saat itu mereka mempunyai 5 orang anak dan Bernadette adalah anak yang tertua dan sering sakit (astma), bahkan pada tahun 1855 terkena penyakit kolera. Keadaan keluarga itu begitu miskinnya, dan pendapatan ayahnya tidak selalu dapat mencukupi kehidupan harian keluar­ga­nya, apalagi untuk membiayai ongkos-ongkos sekolah Bernadette, bahkan sampai dia pernah dipenja­ra, karena difitnah dan dituduh mencuri gandum dari perusahaan roti Maison grosse.

Rumah ini didiami oleh kel. Soubirous dengan 4 orang anaknya. Dari sini dapat anda lihat betapa miskinnya kehidupan kel. Soubirous pada saat itu. Sesudah gua, Cachot ini merupakan monument yang sangat penting dan mengharukan sekali di Lourdes.

Baru pada tahun 1858 ketika menerima komuni pertama, untuk pertama kalinya didalam usia 14 th, dia memperoleh kesempatan untuk bersekolah di sekelohan susteran.

Meskipun keadaan kesehatannya yang jelek sekali, dia sangat cerdik, ramah serta ringan tangan, selalu bersedia untuk membantu siapa sajapun yang membutuhkan pertolongannya. Salah satu sifat jelek Bernadette sendiri adalah terkadang sangat keras kepala, seperti juga ibunya.

Maison Paternelle, yang artinya “rumah orang tua” atau Moulin de Lacade” yang berarti “Kincir Lacade” di Rue de Bernadette 4, semula adalah milik walikota Lourdes Mr.Lacade, yang disewa oleh pastor Peyramale untuk menolong orang tua Bernadette dari Cachot, dan pada tanggal 20 Augustus 1867 dibeli oleh Mgr Laurence, uskup dari Tarbe yang juga Lourdes termasuk wilayahnya, dan disumbangkan pada fam Soubirous. Sejak itu mereka mendiami kembali rumah ini yang dikenal dengen nama Maison Paternelle.

Marie Bernarde "Bernadette"
Soubirous
Bernadette sendiri dilahirkan dilahirkan di Moulin de Boly, yang hampir berdampingan dengan Maison Patternelle terletak di rue Bernadette 14, salah satu dari grup kincir di samping sungai Lapaca, yang sangat deras arusnya, milik dari Anna de Candebotte yang didapat sebagai emas kawin dari Dr David Boly, dokter Inggris. Rumah ini disewakan kepada Augustin Casterot, ayah dari Louis Casterot, jadi kakeknya Bernadette.

Suatu hari, pada tanggal 11 Februari 1858, suatu peristiwa yang luar biasa terjadi. Ketika ia bersama adiknya dan seorang temannya sedang mencari kayu bakar di sebuah gua (grotto) yang disebut Massabielle (Batu Besar), di tepi sungai Gave dekat kota Lourdes. Dia sendirian di dekat gua sementara dua gadis lainnya beristirahat mengumpulkan kayu. Bernadetta mendengar sesuatu yang aneh:

“Suatu hari saya dan dua gadis lain pergi ke pinggir sungai Gave. Tiba-tiba saya mendengar bunyi gemerisik. Saya mengarahkan pandangan ke arah padang yang terletak di sisi sungai, tetapi pepohonan di sana tampak tenang dan suara itu jelas bukan datang dari sana. Kemudian saya mendongak dan memandang ke arah gua di mana saya melihat seorang wanita mengenakan gaun putih yang indah dengan ikat pinggang berwarna terang. Di atas masing-masing kakinya ada bunga mawar berwarna kuning pucat, sama seperti warna biji-biji rosarionya.

Saya menggosok-gosok mata saya, kemudian saya tergerak untuk memasukkan tangan saya ke dalam lipatan baju saya di mana tersimpan rosario. Saya ingin membuat tanda salib, tetapi tidak bisa, tangan saya lemas dan jatuh kembali. Kemudian wanita itu membuat tanda salib. Setelah usaha yang kedua saya berhasil membuat tanda salib meskipun tangan saya gemetar. Kemudian saya mulai berdoa rosario sementara wanita itu menggerakkan manik-manik di antara jari-jarinya tanpa menggerakkan bibirnya sama sekali. Setelah saya selesai mendaraskan Salam Maria, wanita itu tiba-tiba menghilang.

Saya bertanya kepada kedua gadis yang lain apakah mereka melihat sesuatu, tetapi mereka mengatakan tidak. Tentu saja mereka ingin tahu apa yang telah terjadi. Saya katakan kepada mereka bahwa saya melihat seorang wanita mengenakan gaun putih yang indah, namun saya tidak tahu siapa dia. Saya minta mereka untuk tidak menceritakan hal itu kepada siapa pun. Mereka mengatakan saya bodoh karena memikirkan yang bukan-bukan.”

Bernadette meminta kepada kedua gadis lainnya untuk menjaga rahasia, tetapi ternyata adiknya mengatakannya kepada ibu mereka. Ibunya memarahinya dan berkata kepadanya agar menghilangkan ilusi tolol dari kepalanya. Tetapi Bernadette meyakini dalam hatinya bahwa kejadian-kejadian itu nyata.

Tiga hari kemudian tiga gadis itu kembali ke gua, sambil membawa air suci untuk menguji batinnya. Wanita itu menampakkan diri sekali lagi tetapi hanya Bernadetta yang dapat melihatnya. Ketika Bernadetta menuang air suci ke tanah, wanita itu hanya tersenyum. Sekarang Bernadetta yakin bahwa ini bukan tipuan iblis.

Gua Maria di Lourdes, Perancis
Sekarang seluruh desa sadar apa yang terjadi di Massabielle. Ketika Bernadette kembali ke gua bersama dengan orang-orang kota untuk ketiga kalinya pada tanggal 18 Februari, wanita itu menampakkan diri lagi dengan permintaan agar Bernadetta kembali 15 kali lagi dengan jarak waktu yang tetap. Dalam penampakan ini, wanita itu berkata secara khusus kepada Bernadetta bahwa dia tidak dapat menjanjikan kebahagiaan baginya di dunia ini, tetapi bahwa kebahagiaan itu akan menunggunya di surga. Sekitar 100 orang desa mengikuti Bernadette ke gua, beberapa saksi menyatakan bahwa mereka merasakan suasana berserah hati selama penampakan kepada Bernadette. Mereka melihat wajah Bernadette diliputi dengan ekspresi hormat dan tunduk. Walaupun sudah sangat santer beredar kabar bahwa adalah Bunda Maria sendiri yang memperlihatkan diri, Bernadette menyatakan bahwa ia sudah menanyakan siapakah wanita itu, tetapi wanita itu hanya tersenyum mendengar pertanyaannya.

Walaupun sudah ada 100 orang yang menyertainya selama Bernadette menerima penglihatan dari sosok wanita yang konon adalah Bunda Maria, banyak juga orang lain dari Lourdes yang menunjukkan sikap kritis dan meragukannya. Orang-orang tua dan polisi beberapa kali membawa Bernadette untuk ditanyai, ia juga menjalani pemeriksaan kejiwaan. Ia juga ditekan agar tidak kembali ke gua. Walaupun dalam tekanan, Bernadette tetap sabar dan dengan kepolosan tanpa melebih-lebihkan tetap memberikan keterangan yang sama.

Seorang dokter menyertai Bernadette dalam perjalanan berikutnya dan menyimpulkan bahwa dia tidak menemukan apa-apa yang abnormal dalam diri Bernadette selama mengalami ekstase. Itu terjadi pada tanggal 21 Februari, penampakan keenam kepada Bernadette, ketika perempuan itu berkata kepada Bernadette: “Berdoalah bagi para pendosa.”

Sejumlah besar orang sekarang mengikuti Bernadette ke gua Masabielle, para pejabat pemerintah gelisah bahwa orang akan terluka atau jatuh di sekeliling lubang gua. Maka Prokur Kerajaan, M. Dutour, berkata kepada Bernadette agar dia tidak turun lagi ke gua. Tetapi Bernadette menolaknya sebab dia berjanji kepada perempuan itu untuk kembali. Terkejut atas kebulatan tekad Bernadette, Prokur berkata dia akan memikirkannya. Komisaris polisi, Dominique Jacomet, berharap Bernadette menghentikan apa yang dianggap sebagai tebakan. Bagaima-manapun, berdasarkan interogasi komisaris tidak menemukan inkon-sistensi dari kisah Bernadette, maka dia hanya mengancam Bernadette dengan hukuman penjara jika dia kembali ke gua.

Ayah Bernadette datang ke kantor polisi mengajak Bernadette pulang ke rumah, dan komisaris memperingatkan dengan keras kepada mereka berdua agar tidak kembali ke gua. Perintah polisi itu ditentang, dalam perjalanan pulang ke rumahnya Bernadette berbalik dan kembali ke gua. Dibayang-bayangi oleh polisi dan orang banyak yang mengikutinya, Bernadette tidak menerima penampakan hari itu, tetapi dia harus menanggung ejekan yang menyakitkan hati dari orang-orang yang memfitnah dan yang tidak percaya.

Dua hari kemudian, pada tanggal 23 Februari, Bernadette kembali ke gua dan dianugerahi dengan penampakan Maria lain, yang meminta dengan sangat: “Penitensi!”

Hari berikutnya Maria berkata kepada Bernadette: “Minumlah dari sumber air ini dan mandilah di situ.”

Bingung karena tidak ada sumber air di Gua Massabielle, Bernadette mulai menggali tanah dengan rasa takut, menimbulkan tertawaan dan cemoohan dari orang banyak yang berpikir dia mulai gila. Tetapi tercenganglah orang banyak itu, kelembaban mulai merembes dari tanah yang telah digalinya, dan Bernadette mengambil air, meminumnya, dan mengotori mukanya dengan lumpur. Orang banyak menertawakannya dan menganggap ia hanya berbohong. Tetapi beberapa hari aliran air yang kecil itu mengeluarkan lebih banyak air yang jernih dan berubah menjadi mata air.

Penduduk setempat mulai mengikuti Bernadette untuk minum dan mandi dari sumber air yang kini jernih tidak berlumpur itu. Seorang penduduk desa, Catherine Latapie menyatakan bahwa ia lengannya yang tadinya lumpuh dapat digerakkan kembali setelah ia mandi di sumber air itu. Kejadian ini menjadi catatan pertama mengenai kesembuhan yang tidak dapat dijelaskan secara ilmiah.

Pada penampakan yang ketigabelas pada tanggal 2 Maret Bernadette diperintahkan untuk mengatakan kepada imam agar membangun kapel di Gua Massabielle. Wanita itu berkata kepada Bernadette bahwa orang-orang harus datang ke gua dalam bentuk prosesi, tetapi Abas Peyramale berkata dengan sangat kasar kepada Bernadette bahwa dia tidak biasa menerima perintah dari penampakan-penampakan aneh, dan bahwa jika perempuan itu menginginkan kapel dan prosesi-prosesi di gua pertama-tama dia harus mengidentifikasikan dirinya.

Pada penampakan yang keempat belas pada tanggal 3 Maret, Bernadette menanyakan nama sang wanita tersebut, tetapi menurut Bernadette, wanita itu hanya menganggukkan kepalanya dan tersenyum, tidak memberikan jawaban apapun.

Keesokan harinya, pada 4 Maret, Bernadette diikuti 9 ribu orang kembali ke gua. Untuk kedua kalinya Bernadette menanyakan nama wanita itu. Tetapi menurut Bernadette, kembali wanita itu hanya tersenyum. Ketika Bernadette menceritakannya kepada Abas Peyramale, Abas hanya tersenyum mendengarnya, dan meyakinkan Bernadette bahwa wanita itu menertawakannya dan Abas menyuruh Bernadette untuk tidak kembali ke gua itu. Tapi Bernadette walaupun sempat merasa bimbang, merasa bahwa ia harus tetap pergi.

Tiga minggu kemudian barulah Bernadette kembali ke gua pada tanggal 25 Maret, Hari Raya Kabar Sukacita Maria dan penampakan ke-16 kepada Bernadette. Bernadette berkata bahwa setelah tiga kali pertanyaannya dijawab dengan senyum, setelah Bernadette bertanya untuk keempat kalinya, wanita itu tidak tersenyum. ”Dengan lengannya ke bawah, wanita itu mengangkat tatapannya ke surga, dan kemudian dengan mengatupkan tangannya ke dada, ia berkata kepada Bernadette dalam bahasa Occitan:

“Que soy era Immaculado Councepciou!” (“Aku adalah Yang Dikandung Tanpa Dosa”)

Bernadette, gadis sederhana dengan sedikit pendidikan, tentu saja tidak tahu arti “Dikandung Tanpa Dosa”, tetapi segera menyampaikan pesan itu kepada Abas Peyramale. Mendengar kata-kata Bernadette, hati Abas terpana. Abas bertanya sekali lagi, apakah Bernadette yakin dengan ucapannya. Bernadette berkata bahwa ia yakin, dan ia mengatakan bahwa ia mengulang-ulangi kata-kata wanita itu agar ia tidak lupa.

Empat tahun sebelumnya yaitu tanggal 8 Desember 1854 Paus Pius IX dalam ensikliknya Ineffabilis Deus mengeluarkan dogma bahwa Bunda Maria dikandung tanpa dosa. Sudah sejak semula umat beriman secara tradisi percaya bahwa Bunda Maria sungguh-sungguh mulia dan tanpa dosa karena mengandung Tuhan sendiri. Tetapi ungkapan teologis ’Yang Dikandung Tanpa Dosa/Immaculata Conceptio’ tidak banyak dikenal umat selain para tertahbis yang mendalami teologi dan filsafat. Ketika ungkapan ini keluar dari mulut Bernadetta, yang bahkan buta huruf, Abas Peyramale baru diyakinkan bahwa wanita itu adalah sungguh-sungguh Perawan Maria Yang Terberkati dan bahwa dia datang meneguhkan dogma Immaculata Conceptio. Sebuah tempat suci segera dibangun di Gua Massabielle, dan sumber airnya segera terkenal karena daya penyembuhannya. Pada tanggal 18 Januari 1862, Uskup Lawrence, Uskup Tarbes, keuskupan yang membawahi Lourdes, mengeluarkan surat yang mengakui pe­nampakan-penampakan di Lourdes sebagai penghargaan iman:

”Kami meyakinkan bahwa Penampakan ini supranatural dan berasal dari Allah…”

Bernadette menerima penampakan Maria yang ke-18 dan itu adalah penampakan Bunda Maria yang terakhir kalinya bagi Bernadette pada tanggal 16 Juli 1858, pada Pesta Perawan Maria dari Gunung Karmel. Bernadette tidak pernah mencari nama tenar dan popularitas, dalam banyak hal ia berharap dapat hidup dengan tenang karena peristiwa penampakan Bunda Maria dan keajaiban-keajaiban yang terjadi menarik perhatian banyak orang di seluruh Perancis dan wilayah sekitarnya. Dalam beberapa tahun setelahnya ia senantiasa dengan sabar menghadapi banyak orang-orang yang ingin menemuinya: orang-orang yang berharap kesembuhan hanya dengan menemuinya, orang-orang yang meragukannya, orang-orang yang tidak percaya dan menentang, orang-orang penasaran yang ingin mendengar langsung darinya. Banyak orang yang menceritakan betapa Bernadette selalu sangat sabar, murah hati dan toleran kepada banyak pengunjung yang muncul begitu saja ingin menemuinya. Bahkan banyak orang yang ragu dan menolak penampakan Bunda Maria terkesan terhadap Bernadette yang tetap rendah hati, jujur dan lugas.

St.Bernadette
Walaupun dengan sabar ia menemui tamu-tamunya, Bernadette semakin tertarik dengan ide memasuki biara untuk dapat hidup tenang. Awalnya ia tertarik memasuki biara Karmel, tapi kondisi kesehatannya tidak memungkinkannya mengikuti rutinitas biara Karmelit yang berat. Akhirnya ia memutuskan dan diterima dalam biara para Suster Charitas di Nevers, Perancis, pada usia 22 tahun. Saat tiba pertama kalinya di biara ia diminta untuk menceritakan lagi penglihatannya di hadapan para suster yang sedang berkumpul, tetapi setelah ia selesai menceritakannya, suster kepala melarang ia dan seluruh suster lain membahas penglihatannya lagi dan hidup senormal mungkin di biara seperti suster lainnya. Ia sangat senang dengan larangan tersebut walaupun suster kepala mengijinkannya sesekali menemui imam-imam senior dan uskup yang melakukan wawancara untuk keperluan Gereja. Ia hidup senormal mungkin di biara dan akhirnya memperoleh kemampuan baca dan tulis. Ia bekerja merawat orang sakit, dan membuat hiasan-hiasan taplak altar dan jubah-jubah. Suster Marie-Bernarde (nama biara Bernadette) sering sakit selama di biara, menderita TBC, sakit tulang, tumor, asma, dan kesehatan yang memburuk secara keseluruhan. Dalam suatu serangan asma yang berat, ia meminta air dari mata air di Lourdes, dan serangan asmanya secara ajaib berkurang dan ia tidak pernah menerima serangan asma yang buruk lagi. Tapi Suster Marie-Bernarde tidak memohon kesembuhan dari mata air Lourdes lagi saat ia menderita tuberkulosis pada tulang lutut kanannya. Ketika ditanya mengapa ia tidak pergi ke Lourdes untuk memohon kesembuhan, Bernadette mengatakan bahwa kesembuhan dari Lourdes bukanlah untuknya, tetapi untuk mereka yang lebih sakit daripadanya.

Ia menyaksikan perkembangan Lourdes menjadi tempat ziarah ketika dia masih tinggal di Lourdes antara usia 14 s/d 22 tahun tapi sesudah masuk biara ia tidak tahu-menahu lagi dan ia bahkan juga tidak hadir saat pemberkatan Basilika Yang Dikandung Tanpa Dosa pada tahun 1876. Kesehatannya semakin memburuk karena serangan TBC dan ia meninggal pada usia 35 tahun pada tanggal 16 April 1879.

Suster Nathalie Portat yang menjaga Suster Bernadette menceritakan bahwa Bernadette kerap menampakkan ekspresi wajah menahan kesakitan dan meminta rekan-rekannya mendoakan jiwanya. Pada saat terakhirnya, ia menceritakan bahwa Suster Bernadette mendoakan Salam Maria dengan penuh kerendahan hati bagaikan seorang anak perempuan kecil pada ibunya menyatakan dua kali ’Santa Maria, Bunda Allah, doakanlah kami yang berdosa ini” Beberapa saat kemudian Bernadette membuat tanda salib, minum beberapa tetes air dan meninggal dalam kedamaian.

Suster Bernadette meninggal pada tanggal 16 April 1879. Sesudah menerima ijin dari pemerintah setempat, jenazah itu dimakam­kan pada tanggal 30 April 1879 dimakamkan di ruangan bawah tanah di kapel St Jozef.

Pada tanggal 22 September 1909 peti mati itu dibongkar, di bawah pengawasan keusku­pan Nevers (Mgr. Gauthey) dan jenazah itu diselidiki oleh dua orang ahli bedah yang masing-masing telah disumpah terpisah oleh gereja yaitu Dr. David dan Dr. Jourdan. Kedua ahli bedah ini tidak saling mengenal satu sama lain. Ahli-ahli ini menulis di dalam raport mereka masing-masing bahwa, ketika peti itu dibuka tidak mencium bau busuk, meski jubahnya yang agak lembab, semua masih utuh, tangan lengkap dengan kuku-kukunya, maupun matanya. Hanya setelah beberapa jam berada di luar, jenazah itu menjadi agak hitam, karena bereaksi dengan udara. Walaupun demikian, Rosario dan salib dalam genggamannya berkarat. Mereka membersihkan dan mengenakan pakaian baru sebelum memakamkannya kembali.

Karena adanya Perang Dunia I yang baru berakir pada tahun 1918, maka baru ada kemungkinan untuk kedua kalinya, peti mati itu dibuka lagi pada tanggal 03 April 1919, hal ini dikarenakan oleh persiapan yang harus diambil dalam rencana persiapan pengakuan dan pengangkatan Bernadette sebagai santa, seperti yang telah diijinkan oleh Paus Pius X, pada tanggal 13 Augustus 1913. Di bawah pengawasan Mgr.Chatelus Uskup dari Nevers waktu itu, komisaris dari polisi, wakil-wakil dari kotapraja dan anggauta dari dewan hukum gereja. Ahli-ahli bedah yang diberi perintah untuk menyelidiki jenazah itu adalah Dr Talon dan Dr. Comte. Seperti juga dengan yang pertama, kedua ahli bedah ini tidak saling mengenal satu sama lain.Untuk menjamin kebenaran hasil-hasil penyelidikan bahwa laporan yang mereka buat tidak tergantung satu sama lain atau disepakatkan serta tanpa memungkinkan adanya komplotan, kedua dokter itu diberi kesempatan untuk memberikan hasil penyelidikan mereka sendiri, dengan terpisah. Kedua ahli ini menulis laporan yang garis besarnya sesuai dengan laporan yang telah diberikan oleh kedua dokter yang menyelidiki jenazah Bernadette pada. tahun 1909. Kesimpulan mereka adalah bahwa jenazah itu sama sekali tidak berbau, juga pembesar yang hadlir di situ untuk menyaksikan autentik tidaknya, tidak mencium bau jenazah, meskipun jenazah itu sudah sedikit agak berkeriput seperti mummie dan nampak agak berjamur seperti dilapisi oleh garam, yang tidak lain adalah calcium.

Pukul 17.00 di hari itu juga jenazah itu dimakamkan kembali untuk kedua kalinya di kapel St Jozef dari biara St Gildard di Nevers (baca: Ne- fair).

Pada tanggal 18 Nopember 1923 Paus Pius XI mengakui kebenaran penyelidikan-penyelidikan yang telah dilakukan dua kali sebelumnya, dan untuk ketiga kalinya peti itu dibuka lagi pada tanggal 15 April 1925. Jenazah itu diselidiki oleh kedua ahli bedah yang 4 tahun sebelumnya juga telah menyelidikinya, selain relikwi-relikwi yang harus diambil untuk dikirim ke Rome, Lourdes, untuk persiapan ter- akir sebelum peresmian pengakuan sebagai santa oleh Roma. Ahli-ahli bedah itu membuat laporan bahwa jenazah itu masih dalam keadaan yang bagus sekali, bahkan hatinya masih utuh sepenuhnya, otot-ototnya masih supel dan normal, meskipun sudah 46 th meninggal dan biasanya sudah menjadi debu atau tinggal tengkoraknya, tetapi ternyata tidak demikian keadaannya. Kesimpulan yang dapat diambil adalah bahwa kejadian ini bukan sesuatu kejadian alamiah, melainkan satu keajaiban, tanpa seorang dokter ataupun seorang ahli dapat memberikan keterangan.

Jenazah St.Bernadette di dalam peti kaca
di Kapel St.Gildard, Nevers
Oleh karena jenazah itu sudah agak hitam karena bereak­si dengan udara, berhubung sudah beberapa kali digali dan dikubur, maka wajah St. Bernadette dibalsam dengan berwarna sesuai dengan warna kulitnya dan akirnya diletakkan digelas kaca. Dewasa ini, tubuhnya tetap diperlihatkan dalam peti kaca di kapel biaranya, St.Gildard, di Nevers, Perancis, sebagai pernyataan bagi Perawan Maria dari Lourdes. Kapelnya menjadi tujuan peziarahan dan tubuhnya tetap utuh hingga hampir 130 tahun setelah kematiannya pada tanggal 16 April 1879.

Bernadette Soubirous dikanonisasi menjadi orang kudus pada tanggal 8 Desember 1933 – Hari Raya Maria Dikandung Tanpa Dosa. Setiap tahun jutaan orang datang berdoa di tiga basilika Lourdes dan mengunjungi Gua Massabielle mengambil bagian dalam penyembuhan melalui sumber air, yang telah menyembuhkan begitu banyak orang dari penyakit fisik dan rohani. Salah satu penyembuhan yang paling terkenal adalah penyembuhan mata Louis Bouriette. Bouriette adalah tukang batu setempat, matanya yang satu buta, yang membantu untuk membangun kolam di sekeliling sumber yang telah ditemukan Bernadette. Ketika dia menggosok matanya yang buta dengan lumpur dan berdoa kepada Perawan Maria, secara ajaib matanya dapat melihat. Pada tahun 1986, 63 keajaiban lainnya telah dibuktikan kebenarannya oleh pemeriksa medis yang independen sebagai penghargaan iman. Ia adalah pelindung bagi orang sakit, keluarga, penggembala dan orang miskin. Sebuah catatan diberikan kepada kanonisasinya bahwa ia menerima sebutan orang kudus bukan sepenuhnya karena ia menerima penampakan Bunda Maria, tetapi terutama karena kesederhanaan dan kekudusan hidupnya sendiri.

Air mandi di Lourdes juga sampai sekarang merupakan suatu keajaiban, karena meskipun ratusan orang yang harian masuk kolam air mandi semacam bathup, sampai sekarang belum pernah ada orang yang sakit atau ketularan penyakit. Juga belum pernah terjadi epidemi sampai sekarang ini.

Tentu saja air ini juga di bawah pengawasan Kementerian Kesehatan dari pemerintah Perancis dan dua kali sehari air dikolam ini diganti . Perlu ditambahkan air ini setiap hari diganti diambil dari sumber yang pada awal mulanya digali oleh Bernadette dan mengeluarkan air berlumpur, yang kemudian sangat jernih sekali dan masih tetap menyumber sampai detik ini, tanpa pernah ditangani oleh manusia dengan pelbagai alat modern sekalipun. Hal ini mungkin dikarenakan ada hubungannya dengan perintah yang pernah diberikan oleh Bunda Maria pada Bernadette pada penampakan ke 9: ” Minumlah dari sumber itu dan cucilah dirimu."


Sumber :
http://baltyra.com
http://www.miraclehunter.com

14 komentar:

  1. Terpujilah Bunda Maria, bunda kami semua manusia di bumi.. doakanlah kami

    BalasHapus
  2. Allah sungguh ajaib dalm karnyaNya melalui pribadi Bunda Maria...

    BalasHapus
  3. Trimakasih atas posting sejarah penampakan Bunda Maria de Lourdes. Saya telah mengunjungi dan telah mandi di Sumur itu.Rm. Valerio

    BalasHapus
    Balasan
    1. Amin, Ave Maria, Tuhan Yesus memberkati...

      Hapus
    2. Ave Maria....Bunda yang tak bernoda doakanlah kami anak2mu yang berdosa ini supaya bertobat dan percaya kepadamu dan Yesus Putramu.... Amin.

      Hapus
    3. Amin, Tuhan Yesus memberkati selalu...

      Hapus
  4. Saya jadi teringat Lourdes beberapa tahun yang lalu... para pejiarah bisa berkunjung ke Lourdes untuk dibersihkan dari dosa-dosa dan disembuhkan dari penyakit mereka.
    Saya mencoba menulis blog tentang Lourdes, semoga anda suka: http://stenote-berkata.blogspot.com/2019/07/ave-maria-di-pagi-hari-di-lourdes.html

    BalasHapus